Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Tentunya banyak sekali cerita menarik yang bisa dikupas di masing-masing individunya. Negara Indonesia memang plural, punya berbagai macam suku, bahasa dan agama. Seharusnya, perfilman Indonesia harus banyak mengangkat tema yang pluralisme seperti film Cin(T)a ini.
Membaca judulnya sangat unik dan aneh. Masak huruf 'T' harus dikurung dan ditulis kapital? Ternyata huruf 'T' dalam judul ini singkatan dari Tuhan. Judul film ini dapat dijabarkan: Cinta antara Cina, Tuhan, dan Annisa.
Membaca judulnya sangat unik dan aneh. Masak huruf 'T' harus dikurung dan ditulis kapital? Ternyata huruf 'T' dalam judul ini singkatan dari Tuhan. Judul film ini dapat dijabarkan: Cinta antara Cina, Tuhan, dan Annisa.
Bandung, Agustus 2000. Cina (Sunny Soon) berhasil masuk sebagai mahasiswa jurusan Aritektur di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung. Kehidupan ekonomi keluarganya kurang dari cukup sehingga memaksanya untuk berusaha mencari pekerjaan sampingan sebagai pegawai refleksi di Healthy Spa dan mendaftarkan beasiswa untuk menambah uang sakunya. Sesuai dengan namanya, Cina berasal dari suku tionghoa yang tinggal di daerah Sumatera Utara. Dia bercita-cita untuk menjadi seorang Gubernur Tapanuli ketika kelak Tapanuli berdiri sendiri menjadi sebuah provinsi.
Selama menjalani orientasi mahasiswa baru, Cina bertemu dengan seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai bintang film dan sekaligus seniornya di kampus. Dialah Annisa (Saira Jihan), mahasiswi tingkat akhir yang kuliahnya terhambat karena kariernya di dunia film.
Sudah tiga kali tugas akhir Cina ditolak Annisa, lantaran karyanya kurang sempurna dan jauh dari yang diharapkan akibat idealisme yang dipegangnya. Masalah tersebut didorong juga karena Annisa masih belum menerima pernikahan kedua Ibunya setelah sepeninggalan Ayah kandungnya. Di kampus, Annisa selalu diperguncing teman-temannya termasuk Cina, karena IP (Indeks Prestasi)nya hanya 2,1 dan tugas akhirnya yang bermasalah.
Annisa dan Cina selalu bertemu di waktu dan tempat yang tak terduga. Cina pun tertarik dengan desain rancangan Tugas Akhir Annisa yang selalu ditolak oleh dosennya dan Cina pun bersedia membantu Annisa untuk menyelesaikannya. Dari situ lah pertemuan mereka semakin sering dan hubungan mereka semakin dekat.
Perbedaan keyakinan yang mendasari plot film ini disuguhkan dengan dialog-dialog cerdas dan tidak menggurui. Walaupun tema yang diangkat tentang perbedaan Islam dan Kristen, namun film ini bersifat netral alias tidak memihak pada satu agama. Berbagai diskusi tentang perbedaan agama dituangkan dalam balutan romansa cinta dan tidak berujung pada konflik. Film ini tergolong romantis, namun porsi drama cukup berimbang.
Bicara soal pemain, film ini tidak memasang aktor atau aktris terkenal. Cukup dua wajah oriental mendominasi sepanjang film ini. Jika pun ada figuran, muka mereka tidak ditampilkan dalam layar bahkan hanya voice over. Film ini memang fokus pada dua tokoh Cina dan Annisa. Akting keduanya lumayan, namun yang amat disayangkan adalah intonasi dari dialognya kurang menggigit menjadikan makna dialognya hanya sekedar lewat saja, ditambah juga suara film ini yang terdengar berisik.
Gaya tutur yang lambat dengan angle kamera tidak biasa menjadikan gambar film ini bagus. Soundtrack yang enak didengar juga mengiringi penggalan-penggalan adegannya. Cin(T)a memang menghadirkan sebuah tontonan yang tidak komersil. Namun film ini sarat akan makna, tentang perbedaan.
Film ini banyak mengajarkan tentang bertoleransi antar umat beragama. Perbedaan itu pasti ada agar kita bisa saling melengkapi. Maju terus perfilman Indonesia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar