About

Hai Movie Mania dimana pun kalian berada! Selamat datang di blog Moviebuzzter. Blog ini berisi ulasan-ulasan film dan berbagai bacaan menarik tentang film.

Sabtu, 10 September 2011

Keramat (2009)



Your Worst
Nightmare Is Their Reality


Keramat adalah film horror Indonesia yang bisa dikatakan paling berbeda. Bagaimana tidak, teknik pengambilan gambar di film ini menggunakan subjective camera. Yaitu kameramen yang diikutsertakan sebagai pemain. Kameramen di film ini terlibat dari awal hingga menuju akhir. Gambar yang dihasilkan film ini adalah penglihatan kameramen tersebut hingga membuat nuansa film ini bak film dokumenter atau reality show.

Yang membuat beda adalah konsep baru yang digunakan dalam film ini, dengan menerapkan konsep subjektif camera yang pernah dilakukan untuk 3 film internasional yaitu film Spanyol Rec (1997) karya Jaume Balaguero, Cloverfield (2008) arahan Matt Reeves dan Blair Witch Project (1999) arahan Daniel Myrick. Subjektif camera adalah dimana pengambilan gambar menggunakan sudut pandang si aktor/ pelaku. Di film ini, sudut pandang film meminjam mata 'Cungkring' seorang kameramen yang bertugas membuat behind the scene film.

Sebuah tim produksi film, berangkat dari Jakarta ke daerah Bantul Yogyakarta dalam rangka persiapan shooting film. Sutradara dan Asisten Sutradara didampingi Manager Produksi dan 2 artis utama melakukan reece, sedangkan tim behind the scene mendokumentasikan persiapan produksi ini. Mereka membawa style kota besar, memasuki daerah yang disucikan dan keramat. Mengusik tabu, sehingga kejadian demi kejadian aneh mereka alami, sampai ke titik dimana calon pemeran utama wanita dirasuki roh halus. Dengan bantuan seorang paranormal, mereka mencoba mengusir roh halus itu, namun gagal.
 

Melalui paranormal, mereka mengetahui alam mistis di sekitar mereka sedang bergolak karena sesuatu hal. Kehadiran mereka tampaknya memperburuk keadaan. Hingga puncaknya pemeran utama wanita yang kesurupan itu hilang tanpa jejak.

Apakah hubungan hilangnya teman mereka dengan alam mistis di sekitar mereka? Dapatkah mereka menemukan kembali teman mereka yang hilang? Ataukah justru semakin banyak lagi yang turut hilang?

Film Keramat menjajikan sesuatu yang beda di perfilman Indonesia. Teknik pengambilan gambar yang tak biasa, membuat gambar yang dihasilkan dan akting pemain terasa realistis. Apakah menyeramkan? Lumayan, film ini membuat penonton memicingkan mata mencari-cari 'hantunya', karena gerakan kamera kadang-kadang diluar kontrol. Hal itu karena gambar yang direkam dalam keadaan kaget maupun berlari. Ini yang menjadi nilai lebih dari film ini, apalagi budaya Yogyakarta sangat kental disini. Mungkin dari segi ceritanya saja, film ini terasa mengada-ada.


Memang sulit membuat cerita film horor yang realis, karena dunia supranatural dianggap masyarakat luas sebagai sesuatu yang sakral. Ada sebagian masyarakat yang percaya ada juga yang tidak. Dalam film ini adegan-adegannya dirangkai sedemikian indahnya dan membuat film yang direkam perbagian dan terpisah-pisah ini bisa berkelanjutan. Namun mungkin masalahnya ada pada ending. Tapi menurut saya jika kita tak memikirkan ceritanya, ending dari film Keramat bagus sekali dan terkesan keren. Film Keramat memang film horror Indonesia yang berbeda.



Rabu, 07 September 2011

Children of Men (2006)


Children of Men adalah film karya sutradara Alfonso CuarĂ³n. Sutradara ini sebelumnya telah membuat seri ketiga Harry Potter menjadi tontonan yang lebih gelap namun indah lewat Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (2004). Cerita film Children of Men diadaptasi dari novel berjudul The Children of Men.


Cerita Children of Men mengambil latar waktu masa depan di tahun 2027 di Inggris. Masa depan digambarkan diambang kehancuran. Di tahun 2027 adalah tepat 18 tahun dimana tidak pernah terjadi kelahiran bayi. Dapat dikatakan manusia termuda saat itu berusia 18 tahun. Seluruh umat manusia sudah tidak mampu berreproduksi lagi. Hal yang langka pun akhirnya terjadi. Kee, gadis berkulit hitam ini diam-diam hamil besar. Hal yang menjadi rebutan antara dua pihak yang saling berperang, yaitu pemerintah Inggris dan gerakan makar "The Fishes". Lalu Theo bahu membahu mengawal Keemenuju Human Project, yaitu proyek untuk meneliti Kee demi eksistensi spesies manusia. Perjuangan Theo yang awalnya dianggap enteng mendadak menjadi berat di tengah peperangan yang mengancam keselamatan Kee dan bayinya.

Menyaksikan Children of Men bagaikan berwisata ke dunia sinematik yang tak terduga sebelumnya. Kita dibuat terkagum-kagum dengan adegan yang disajikan sebegitu panjangnya. Bagaimana tidak? Adegan yang lumayan panjang itu hanya dilakukan dengan satu shot kamera tanpa henti. Ada berhembus kabar memang ada alat canggih untuk membuat adegan seperti itu. Pun juga dengan gambaran masa depan yang diambang kehancuran, itu sangat berbeda. Apalagi kota digambarkat semakin ruwet dengan tampilan banyak layar LED di gedung-gedung pencakar langit dan jalan-jalan kota. Apalagi di menit-menit awal kita disajikan adegan ledakan yang mengagetkan.
Ada juga adegan yang mengejutkan dimana gerakanThe Fishes ingin menggagalkan perjalanan Theo. Lalu ada pula adegan yang tidak biasa dan mendebarkan antara Kee dan Theo di penghujung film. Pokoknya film ini menyajikan banyak suguhan yang bedan dan terkesan ugal-ugalan namun ciamik sekali. Akan sulit sekali menemukan tontonan yang 'gila' selain film ini. Film ini unggul dari segi ide cerita dan teknik sinematografinya. Children of Men dapat dijadikan alternatif ditengah banyaknya film hingar bingar yang minim sekali kualitasnya.